Resolusi Di Akhir 2021: Bersahabat dengan Kegagalan

Hello!

Siapapun kalian yang sedang membaca tulisan ini, mungkin suasana hati kalian sedang tidak baik. Hidup memang tidak harus selalu mulus kok. Terkadang hidup demikian terjal, berliku, melewati tikungan tajam, naik, dan turun, namun pada akhirnya terlewati juga tikungan demi tikungan. Kalian semakin paham medan, kalian semakin terlatih, hingga pada akhirnya semua rintangan-rintangan itu begitu saja kalian lewati tanpa sadar. 

Di penghujung tahun 2021 ini, usia saya 27 tahun. Lima bulan lagi, akan berganti menjadi 28 tahun. Semakin tua, semakin berumur. Di usia yang kesekian ini, saya sudah banyak melakukan kesalahan dalam hidup. Terlalu arogan, terlalu percaya diri, terlalu sombong, terlalu idealis, terlalu naif, hingga pada akhirnya berulangkali mengambil keputusan-keputusan yang salah dalam hidup. 

Kesalahan-kesalahan yang bila dipikirkan terus, bisa jadi tak akan ada hentinya saya terus menerus menyesal, meratapi kebodohan-kebodohan di masa lalu. Berkali-kali saya maafkan diri sendiri, namun berkali-kali pula penyesalan itu datang lagi. Hingga kujuluki diri sendiri sebagai Master of Failure, Master of Stupidity, Master apapunlah yang berkaitan dengan kegagalan. 

Siapapun kalian yang juga sedang meratapi kebodohan lalu nyasar di blog ini, tenanglah, bahwa ada yang lebih bodoh dan ceroboh dibanding kalian, yaitu penulis blog ini. 

Di penghujung tahun ini, saya ingin meyakinkan diriku sekali lagi, bahwa saya tidak gagal, saya berhasil, saya pemenang atas diriku sendiri.

Apabila saya mulai overthinking lagi, saya selalu ingat yang dikatakan mendiang Raditya Oloan, "Tuhan kasih koma, bukan titik." Hanya karena satu kesalahan, jangan kamu kira hidup berakhir sampai di situ. Satu kesalahan hanyalah koma. Setelah koma masih ada lanjutan kalimat yang lebih indah.

Di pertengahan tahun 2021, saya didiagnosa kanker tiroid, menjalani operasi di bulan Oktober, dan di bulan November sudah dinyatakan aman. Saya pemenang bukan?

Kita semua pemenang. Untuk hal apapun. Kita tidak harus menjadi pemenang untuk hal yang hebat. Kita tidak harus memiliki kehidupan ideal seperti kehidupan di Instagram story. Kita tidak harus makan di restoran fancy atau all you can eat, hadir di suatu pesta meriah dengan banyak teman, pergi ke luar negeri. Kita juga tidak perlu bekerja kantoran dengan berkalung lanyard seperti yang lain. Tidak. Tidak perlu. Tidak ada yang namanya kehidupan ideal. 

Saat ini saya sedang deactivate akun instagram bahkan linkedin saya, katakanlah mungkin saya yang pengecut. Terlalu takut dan rendah diri memandang pencapaian dan kehidupan orang lain, sedangkan saya begini-begini saja. Biarlah. Biarlah saya damai dan bersahabat dulu dengan diri saya sendiri. 

Tidak apa-apa pernah gagal.

Tidak apa-apa pernah salah.

Tidak apa-apa kok. 

Dan, tidak apa-apa juga menjadi biasa-biasa saja. 

Tidak apa-apa sambat, tidak apa-apa berkeluh kesah, bukan berarti tidak bersyukur. Kita ini manusia, bisa capek. Kalau kamu kenal saya dan punya kontak pribadi saya, kamu boleh mengajak saya ngobrol hanya untuk sambat. Kamu boleh sambat apapun, dan saya tidak akan memintamu untuk bersyukur. Saya akan mendengarkan sambatanmu sampai tuntas, sampai kamu tidak punya apapun lagi untuk disambatkan.  

Kembali lagi ke topik, saya tak punya resolusi yang apik dan menarik seperti orang-orang menuju tahun baru ini. Tak mau muluk-muluk, saya ini sudah sering gagal, saya malu gagal lagi. Resolusi saya hanya ingin rukun dan bersahabat dengan kegagalan beserta kesalahan-kesalahan yang saya perbuat. Itu saja. 

Comments

Popular posts from this blog

With all her imperfections, she's trying to be perfect for me

My 2023 So Far

the best job...ever