Posts

Showing posts from February, 2017

work life

Di hadapan para customer, se ketika aku dapat berubah menjadi sosok yang selalu ramah, penuh senyuman, dan bertutur kata selembut mungkin, seolah aku adalah orang yang paling sabar. Begitupula ketika mereka melontarkan kata-kata makian dengan angkuh, justru aku yang berkali-kali memohon maaf dengan sopan. Namun setelah itu, aku tak henti-hentinya menghela napas dan mengumpat dalam hati serta berpikir betapa di dunia ini terdapat beraneka ragam jenis manusia. Namun di balik itu, selalu ada perasaan menyenangkan ketika berhasil membantu orang lain. Terasa menyenangkan mendengar ucapan terima kasih dari pelanggan yang terdengar begitu tulus, dan entah dari mana, selalu ada energi lebih untuk mengembalikan ketulusan mereka dengan senyum yang lebih lebar dan tutur kata yang lebih lembut meski tubuh telah begitu letih. Kurang lebih sudah tiga bulan ini aku bekerja sebagai customer service, melayani orang lain dari siang hingga tengah malam. Lalu dari malam hingga pagi tiba. Di tenga

Life

Kita selalu hidup dalam tuntutan. Setinggi apapun target yang berhasil diraih, selalu ada target yang lain yang harus diraih. Ketika masih kuliah, targetku hanyalah lulus tepat waktu lalu segera mengenakan toga. Ketika berhasil meraihnya, hidup tak lantas berhenti. Masih ada target lain. Aku harus punya pekerjaan. Setelah memiliki pekerjaan pun tuntutan tak lantas berhenti, kehidupan terus bergulir, menciptakan target-target baru. Suatu kali di sela-sela pekerjaan aku bertanya pada seorang teman kantor yang baru saja menikah,  “Bagaimana bro rasanya menikah?” “Enak! Kamu segeralah menikah, punya istri yang merawatmu,” sahutnya bangga. “Kamu udah ada target belum mau nikah umur berapa?” “Wah, aku masih lama. Belum ada bayangan!” jawabku sambil terkekeh. Kemudian aku berpikir sejenak. Usiaku kini hampir 23 tahun, sedang ia menikah di usia 24 tahun. Tentu ia sudah merencanakan pernikahan ketika ia berada di usiaku saat ini. Namun saat ini aku memiliki bayangan tentang pernikahan