selamat menjadi dewasa, Mario

Kehidupan terasa berlalu begitu cepat, begitu saja.
Seolah baru beberapa tahun yang lalu aku menerbangkan layang-layang tinggi-tinggi di sebuah sawah di sudut kota Jogja, seolah baru beberapa tahun yang lalu aku seringkali memeluk ibu sepulang dari sekolah, seolah baru beberapa tahun yang lalu aku suka duduk tepat di belakang kemudi motor saat ayahku mengendara, seolah baru beberapa tahun yang lalu aku sering menahan kantuk untuk menanti ayah pulang dari perantauan.

Ternyata waktu telah berlalu begitu cepat. Tahun demi tahun berlalu.
Saat masih kanak-kanak, ingin rasanya menjadi dewasa. Pasti menyenangkan sekali.
Tidak ada omelan ibu yang menyuruhmu tidur siang, tidak ada pula ocehan ibu yang terus menerus mengingatkanmu makan, atau supaya tidak di luar rumah selepas adzan maghrib berkumandang. Tidak ada suruhan ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari. Tidak ada lagi bangun pagi saat bumi masih berselimut kabut dan melawan air dingin untuk pergi ke sekolah. Alangkah menyenangkannya apabila terbebas dari semua itu.

Dan yang menyenangkan dari menjadi dewasa adalah saat kau bertemu dengan seorang perempuan, lalu jatuh cinta, lalu duduk bersisian dan dengan hangat menggenggam tangannya, persis seperti yang kerap terlihat di film drama romantis.

Aku berusia 11 tahun saat bertemu dengan gadis impian masa kecilku, ia adalah seorang gadis yang kerap kutemui saat misa di gereja, rambutnya panjang terurai dan sedikit ikal, alis matanya lebat, entah kenapa aku selalu terpesona pada gadis beralis lebat, kedua matanya pas, tidak sipit dan tidak belo, hidungnya pun diciptakan dengan begitu pas dengan lekuk wajahnya, bibirnya merona kemerahan, sepertinya Tuhan menciptakan gadis itu dengan perpaduan yang begitu sempurna. Dan masih lekat di ingatanku, ia begitu cantik saat mengenakan gaun berwarna putih pada misa pagi itu. Saat itu terpana aku melihatnya berjalan dengan anggunnya membelah kerumunan orang-orang, cahaya matahari pagi itu seolah menyorot sosoknya dari atas hingga bawah. Dunia terhenyak sejenak, menyaksikan dewi yang baru saja turun dari mahligai. Dan sejak itu tak henti-hentinya aku memikirkan gadis yang bahkan tak kuketahui namanya itu. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, aku memikirkannya, aku sadar, inilah jatuh cinta pertamaku. Bagaimana kabarnya sekarang, pasti kini ia telah merekah menjadi seorang wanita dewasa yang matang. Ingin sekali aku kembali mengikuti misa di gereja itu dan berharap keajaiban turun untuk mempertemukanku dengan dia.

Tahun-tahun berlalu.
Mario kecil telah menjadi dewasa.
Suara yang dahulu cempreng dan kerap disangka perempuan saat berbicara di telepon kini telah menjadi pecah dan dalam.
Dagu dan leher yang dahulu bersih dan licin kini telah ditumbuhi oleh bulu-bulu yang tumbuh dengan lebatnya.
Mario yang dahulu suka mengenakan kaus oblong dan bercelana pendek kini berkemeja rapi dengan celana panjang dan ikat pinggang.

Dan ternyata menjadi dewasa tidaklah semenyenangkan itu.
dahulu ibu harus mengomel agar aku tidak tidur terlalu malam. Kini aku sangat ingin merasakan tidur di bawah jam 10 malam.
Dahulu ibu sering membentak supaya aku tidur siang, kini aku sangat ingin merasakan tidur siang tanpa memikirkan berkas proposal yang belum diacc dosen pembimbing, magang, skripsi.
Dahulu aku ingin sekali seperti ayah, yang berangkat ke kantor mengenakan kemeja serta dasi, kini aku telah tahu bagaimana rasanya. Terasa gerah dan ketat di leher.
Dahulu kebahagiaan sesederhana saat kau berhasil menerbangkan layang-layang hingga tak menyisakan sedikitpun senar pada kaleng, atau saat kau berenang di kali, atau saat kail pancingmu tenggelam, kini bahagia terasa begitu sulit diraih.

Menjadi dewasa seperti hidup dalam tuntutan untuk hidup mainstream, di saat studi telah selesai, kau akan mendapat gelar di belakang nama sebagai prestise yang akan menghias undangan pernikahan, bekerja keras bagai robot, menikah, memiliki keturunan, lalu menjadi tua.

Dan mengenai perempuan yang dahulu kupikir akan menyenangkan, ternyata begitu.. :) i seriously lose my words to write about this.
banyak perempuan-perempuan kejam tak bernurani di luar sana, bukan karena ia diam-diam menyimpan pisau lipat di balik bra nya lalu akan mencabik-cabik dagingmu, dan bukan juga karena ia hobi mengkoleksi organ manusia. Saat kau dewasa kau akan paham betapa kejamnya perempuan.

Happy Friday dan semangat mengerjakan tugas, semoga dosen pembimbing magang mudah ditemui, dan semoga magang dan skripsi ini dilancarkan. Amin.

Selamat kembali menjalani kehidupan sebagai pria dewasa, Mario

Smg, 23 Oktober 2015

Comments

Popular posts from this blog

Bulan Kesepuluh di Tahun 2024

With all her imperfections, she's trying to be perfect for me

Kamu Pasti Bisa, Mario!